GlitterPhoto

MANFAATKAN UANG MUDIK DENGAN BAIK


Aneka Inisiatif Muncul dari Individu di Daerah


SAMPOERNAPOKER— Di tengah penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional, aktivitas mudik pada Lebaran 2015 diharapkan mendorong momentum transfer dana pemudik dari perkotaan ke daerah menjadi lebih produktif. Ada sejumlah daerah yang siap menyambut kesempatan itu, tetapi ada pula yang merasa belum siap.



Guru Besar Ekonomi Universitas Andalas Padang Elfindri menyatakan, tekanan, termasuk tekanan ekonomi, hanya bisa dihadapi jika semua orang mau mencari kekuatan-kekuatan yang ada di balik krisis itu sendiri.

"Kalau seandainya dalam proses mudik hal tersebut tidak dihidupkan, misalnya oleh orang Minang, kepulangan mereka justru akan menjadi hambar," kata Elfindri ketika dihubungi di Jakarta, Senin (6/7).

Guru Besar Sosial Ekonomi Agribisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Mochammad Maksum menyatakan, secara nominal dana pemudik yang dibawa dari sejumlah kota besar ke daerah di Indonesia mungkin berkurang karena ekonomi yang melemah. Namun, pemanfaatannya diharapkan tidak berkurang kualitasnya. Pemanfaatan lebih produktif menjadi tantangan daerah.

"Bergantung pada efektivitas pemanfaatan terkirimnya uang menjadi modal bagi pembangunan. Itu bisa di level individu atau keluarga masing-masing hingga publik," kata Maksum.

Elfindri mengatakan, hal yang bisa dilakukan pemudik adalah memanfaatkan pertemuan yang singkat untuk mencari terobosan-terobosan baru bagi pembangunan desa. Apalagi dengan lahirnya Undang-Undang Desa, perantau bisa berkontribusi memberikan saran terhadap hal-hal yang bisa dilakukan melalui anggaran desa atau partisipasi mereka dengan menghimpun remitensis dalam bentuk uang, barang, atau modal kerja.

"Saya tidak mengarahkan perantau menggunakan modalnya ke fasilitas misalnya pembangunan masjid. Tapi, bisa ke usaha-usaha desa, memperbaiki saluran irigasi, penyediaan sumber air bagi sawah yang belum terairi," kata Elfindri.

Sebagian pelaku usaha di Kabupaten Garut, Jawa Barat, misalnya, akan memanfaatkan momen Lebaran guna meminimalkan laju urbanisasi. Tidak sekadar mengurangi beban ekonomi dan sosial perkotaan, daerah asal perantau berpotensi mendapatkan sumber daya manusia berkualitas.

Pengusaha muda asal Garut, Andris Wijaya, di Garut, mengatakan, pada Lebaran tahun ini, dirinya akan memperkenalkan nikmat hidup di kampung halaman melalui usaha rumah makan yang dibuka Mei 2015. Andris, yang pernah merantau ke Bandung beberapa tahun lalu, dibantu sebanyak 40 orang yang sebagian besar adalah mantan perantau, menjalankan usaha rumah makannya di kawasan Cimanuk, Kabupaten Garut.

"Saya ingin memberikan kesempatan ketika mereka rindu untuk bekerja dan membangun daerahnya," kata Andris.

Menurut Andris, usaha ini lanjutan dari pemberdayaan masyarakat setempat yang telah ia rintis bersama usaha beras liwet instan. Kini, ada 100 warga Garut membantu usaha pembuatan nasi liwet instan. Sebagian besar mantan perantau atau orang tua yang tidak lagi memiliki pekerjaan itu ikut berperan serta memenuhi permintaan pengiriman beras liwet ke Amerika Serikat hingga Qatar.

Peningkatan omzet sejumlah usaha busana muslim di Palembang, Sumatera Selatan, juga mendorong pelakunya untuk lebih berkembang lagi. Pada bulan Ramadhan ini, omzet usaha pelaku usaha mikro kecil dan menengah di daerah itu meningkat hingga sekitar 300 persen.

"Setelah Lebaran ini, saya berencana menambah jenis produksi dan mencari tempat untuk jualan," kata pemilik usaha rumahan mukena dan gamis Nyayu Helen Kurnia.

Pemerintah

Di level pemerintah, Pemerintah Daerah DI Yogyakarta mendorong pengusaha dan warga menggelar berbagai kegiatan wisata.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah DI Yogyakarta Didik Purwadi menyatakan, untuk memaksimalkan pemasukan pada masa tersebut, pengelola sejumlah tempat wisata biasanya menggelar acara.

Sejumlah seniman juga menggelar acara kesenian untuk menyambut libur Lebaran. Salah satunya adalah grup Kethoprak Tjonthong yang akan menggelar pentas dengan lakon Nyah Tjoen di Taman Budaya Yogyakarta pada 19-20 Juli 2015. Sejak beberapa tahun terakhir, kelompok itu kerap menggelar pentas kesenian menyambut pemudik.

Pendiri Paguyuban Keluarga Wonogiri (Pakari), Leles Sudarmanto, memperkirakan aliran dana segar dari perantau ke Wonogiri setiap tahun sedikitnya Rp 500 miliar. Namun, dana tersebut belum dimanfaatkan untuk kegiatan produktif yang mampu memacu perekonomian daerah.

Asisten Sekretaris Daerah Bidang Perekonomian Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Wonogiri Bambang Haryadi mengakui pemkab belum memiliki program untuk menggarap potensi dana perantau. Pemkab Wonogiri memilih aktif mendatangkan investor ke daerahnya. Mereka menanamkan modal di usaha pengolahan kayu lapis dan tekstil.



Pemerintah Kabupaten Banyuwangi di Jawa Timur juga menghimpun dana dari masyarakat luar dengan menggelar berbagai festival. cara itu berhasil menumbuhkan industri kreatif, seperti cendera mata dan menghidupi seniman lokal. SAMPOERNAPOKER
Share on Google Plus

About sbobetpk

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

sampoerna poker

GlitterPhoto